APA YANG ANDA LAKUKAN?

15 Agustus, 2023

oleh: Bishop DR. Didit Zoe Faith

Apa yang Anda lakukan?” Orang yang sedang sibuk bekerja, tampak terkejut mendengar pertanyaan itu. “Saya sedang mencabut semua tanaman di halaman,  Saya sudah selesai mencuci semua piring di dapur, Saya sekarang sedang  mengambil sampah-sampah di  got… Saya sedang sibuk dan bekerja keras untuk Tuan…”  Sambil mengelap butir-butir keringat di dahinya orang itu tergopoh-gopoh menjawab. Sang Tuan menggeleng-gelengkan kepala dan menjawab dengan wajah kecewa, “Bukankah aku memanggil  kamu, supaya kamu memperbaiki  AC di ruang kerjaku? Tetapi kamu bekerja tidak sesuai dengan orderku. Biarlah  aku  mencari orang lain yang mengerti hatiku, mengerti keinginanku dan bekerja sesuai dengan yang aku mau.

Dan Aku akan mengangkat bagi-Ku seorang imam kepercayaan, yang berlaku sesuai dengan hati-Ku dan jiwa-Ku….”(1 Samuel 2:35)

Apa lagi yang Anda kerjakan? Rela menyerahkan harta benda dan nyawa demi pelayanan, atau sibuk menumpuk harta kekayaan dari pelayanan, atau di antara keduanya, setengah berkorban dan setengah memuaskan daging melalui pelayanan. Apa lagi yang Anda lakukan? Sibuk memberi makan orang miskin dan menghabiskan banyak waktu untuk kerja sosial. Atau apa lagi? Apa lagi yang Anda kerjakan? Itu semua tidak penting. Yang penting adalah : Jika Tuhan bertanya, “Apa yang Anda lakukan?”  Anda harus berada di posisi yang benar, tidak berdusta, dan mampu menjawab, “Aku sedang mengerjakan kehendak-Mu dan menyelesaikan pekerjaan-Mu.”

Tetapi benarkah apa yang sedang Anda kerjakan adalah kehendak-Nya? Dari mana Anda tahu dengan pasti bahwa Anda benar-benar mengerjakan kehendak-Nya?  Ada banyak orang di dalam Alkitab yang merasa mengerjakan yang benar, padahal salah. Dengan kata lain, mereka GR (Gede Rasa), apa yang mereka lakukan disangka kehendak Tuhan, padahal bukan. Salah satunya contohnya adalah Kain.

Kain dan adiknya, Habel sama-sama membawa persembahan kepada Tuhan. Mengapa Habel dan persembahannya diindahkan Tuhan, atau dengan kata lain, diterima dan berkenan kepada Tuhan, sedangkan persembahan Kain ditolak? Bukankah kelihatannya mereka berdua benar? Secara logika, apa yang salah? Habel yang menjadi seorang gembala kambing domba  mempersembahkan anak sulung kambing dombanya kepada Tuhan, sedangkan Kain yang menjadi petani mempersembahkan sebagian dari hasil tanahnya kepada Tuhan. Bukankah mereka sama-sama mempersembahkan apa yang mereka punya? Kain menyangka dirinya sedang melakukan kehendak Tuhan dan  yang menyenangkan hati Tuhan. Ternyata tidak. Kain hanya GR (Gede Rasa) saja. Penolakan Tuhan membuat dia panas hati, sakit hati dan  iri hati kepada Habel, lalu membunuh Habel.  Akhirnya Kain pergi dari hadapan Tuhan. Setelah pergi dari hadapan Tuhan, Kain memang masih bisa bertahan. Bahkan dia berhasil membangun kota dan melahirkan keturunan. Tetapi Tuhan sudah tidak tertarik kepada Kain lagi. Bahkan Generasi yang dilahirkan Kain tidak dipakai Tuhan lagi.

Kain dan Habel sama-sama membawa persembahan, tetapi persembahan Habel berkenan dan diterima Tuhan, sedangkan persembahan Kain ditolak.  Mengapa? Karena Kain membawa persembahan kepada Tuhan tidak sesuai dengan order dan keinginan Tuhan. Berbeda dengan Habel. Habel tahu pasti bahwa Tuhan harus mendapat yang sulung, yang utama dan yang terbaik. Bukan hanya itu saja, Habel juga tahu dengan pasti bahwa sejak manusia jatuh dalam dosa, tanpa penumpahan darah tidak mungkin dia bisa berkenan kepada Tuhan. Habel bukan hanya membawa persembahan kepada Tuhan, tetapi Habel mengenal Tuhan dan tahu apa yang dikehendaki Tuhan. Kain ditolak Tuhan karena melakukan sesuatu yang  tidak sesuai dengan yang dikehendaki Tuhan.